Perang Terbuka AS-Cina Di Ambang Pintu : Bisnis Senjata Di Asia Melonjak
Berita heboh terkini. Harian Reuters melansir kalau Kawasan Asia bakal jadi pasar yang mengundang minat para pengusaha industri strategis pertahanan. Perkembangan ini cukup mencemaskan kita karena di dalamnya terkait agenda strategis Amerika Serikat untuk meningkatkan eskalasi konfliknya di Asia Tenggara. Apalagi ketika konflik Amerika dan Cina semakin tajam dan berpotensi mengarah pada perang terbuka secara militer dalam dua atau tiga tahun mendatang.
Hal ini sudah terlihat pada 2 perusahaan persenjataan AS Lockheed Martin dan Boeing Defense yang mengklaim kalau kawasan Asia menyumbang 40% dari pendapatan international mereka. meningkatnya potensi pasar di Asia terkait bisnis persenjataan terkait dengan semakin menajamnya ketegangan militer antara AS plus kroninya dengan Cina di Laut Cina Selatan dan Selat Malaka. Oleh karena itu, kawasan Negara di Asia Tenggara mengantisipasi perang terbuka yang kemungkinan bakal terjadi.
Sebagai contoh negara Vietnam, dulu hampir 100 persen pasokan senjatanya termasuk Fregat, pesawat tempur, dan sistem rudal maritim Bastion mengandalkan bantuan dan pasokan dari Rusia, sekarang mereka pengembangkan perlengkapan militernya dari Belanda dan Amerika. Hal ini menunjukan kalau arus di Vietnam sekarang sudah condong ke Amerika dan negara sekutunya yang tergabung di NATO.
Untuk Filipina sudah tidak di ragukan lagi kalau dari dulu berkiblat ke Amerika. Hampir seluruh pasokan senjata di filipina berasal dari Amerika. Dalam kurun waktu 5 tahun kedepan, Filipina berencana memodernisasi peralatan militer mereka, yang artinya negara ini sudah mempunyai ketergantungan dengan AS.
Untuk mengantisipasi perang terbuka ini, Thailand tidak kalah gencar dalam menggalakkan modernisasi peralatan militernya. Untuk saat ini Thailand masih mengandalkan pasokan senjata militernya dari BAE System Inggris.
Singapura yang di prediksi dunia jika perang terbuka AS-Cina terjadi akan membelot dari AS, tapi untuk saat ini sebagian besar alat sistem persenjataan strategisnya dari AS, Perancis dan Jerman. Meskipun Singapura negara kecil tapi mempunyai anggaran yang melimpah untuk membeli peralatan militer canggih. Jumlahnya hampir dua kali lipat dari tetangga-tetangganya, yaitu Thailand (US$5,52 miliar), Indonesia (US$5,42 miliar), Malaysia (US$4,54 miliar), dan Vietnam (US$2,66 miliar)
Untuk Indonesia sendiri sudah di pastikan kalau semasa di bawah kepemimpinan SBY selalu condong dengan AS, bahkan kelihatan teramat takut dengan Amerika, hal ini di tunjukan dengan di turunkannya menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari yang telah berhasil menguak konspirasi AS di bidang kesehatan ( langkapnya bisa di baca di sini ).
Dikala semua negara Asean sedang berlomba memodernisasi perlengkapan militernya, Indonesia masih disibukkan dengan berita tingkah Wakil Rakyat yang terhormat yang tambah menggila...
Hal ini sudah terlihat pada 2 perusahaan persenjataan AS Lockheed Martin dan Boeing Defense yang mengklaim kalau kawasan Asia menyumbang 40% dari pendapatan international mereka. meningkatnya potensi pasar di Asia terkait bisnis persenjataan terkait dengan semakin menajamnya ketegangan militer antara AS plus kroninya dengan Cina di Laut Cina Selatan dan Selat Malaka. Oleh karena itu, kawasan Negara di Asia Tenggara mengantisipasi perang terbuka yang kemungkinan bakal terjadi.
Sebagai contoh negara Vietnam, dulu hampir 100 persen pasokan senjatanya termasuk Fregat, pesawat tempur, dan sistem rudal maritim Bastion mengandalkan bantuan dan pasokan dari Rusia, sekarang mereka pengembangkan perlengkapan militernya dari Belanda dan Amerika. Hal ini menunjukan kalau arus di Vietnam sekarang sudah condong ke Amerika dan negara sekutunya yang tergabung di NATO.
Untuk Filipina sudah tidak di ragukan lagi kalau dari dulu berkiblat ke Amerika. Hampir seluruh pasokan senjata di filipina berasal dari Amerika. Dalam kurun waktu 5 tahun kedepan, Filipina berencana memodernisasi peralatan militer mereka, yang artinya negara ini sudah mempunyai ketergantungan dengan AS.
Untuk mengantisipasi perang terbuka ini, Thailand tidak kalah gencar dalam menggalakkan modernisasi peralatan militernya. Untuk saat ini Thailand masih mengandalkan pasokan senjata militernya dari BAE System Inggris.
Singapura yang di prediksi dunia jika perang terbuka AS-Cina terjadi akan membelot dari AS, tapi untuk saat ini sebagian besar alat sistem persenjataan strategisnya dari AS, Perancis dan Jerman. Meskipun Singapura negara kecil tapi mempunyai anggaran yang melimpah untuk membeli peralatan militer canggih. Jumlahnya hampir dua kali lipat dari tetangga-tetangganya, yaitu Thailand (US$5,52 miliar), Indonesia (US$5,42 miliar), Malaysia (US$4,54 miliar), dan Vietnam (US$2,66 miliar)
Untuk Indonesia sendiri sudah di pastikan kalau semasa di bawah kepemimpinan SBY selalu condong dengan AS, bahkan kelihatan teramat takut dengan Amerika, hal ini di tunjukan dengan di turunkannya menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari yang telah berhasil menguak konspirasi AS di bidang kesehatan ( langkapnya bisa di baca di sini ).
Dikala semua negara Asean sedang berlomba memodernisasi perlengkapan militernya, Indonesia masih disibukkan dengan berita tingkah Wakil Rakyat yang terhormat yang tambah menggila...
0 comments:
Post a Comment